Kegiatan 5 Hari Sekolah Telah Diberlakukan Di SDN CISAAT

Kegaiatan 5 Hari Sekolah Telah Diberlakukan Di SDN CISAAT
Kegiatan 5 Hari Sekolah Telah Diberlakukan Di SDN CISAAT
SDN CISAAT - Program 5 hari sekolah yang telah diterapkan dan masih berjalan di beberapa sekolah utamanya tingkat SD/SMP/SMA/SMK/MA, dan SDN CISAAT Adalah Salah Satu Sekolah Dasar Yang Telah Menerapkan Kegaiatan 5 Hari Sekolah.rencananya kedepan akan diberlakukan untuk semua jenjang pendidikan sekolah. Perberlakuan 5 hari sekolah, untuk mengefektifkan guru di sekolah dengan waktu tersedia 8 jam untuk kegiatan pembelajaran.

"Dan harapannya anak-anak tidak lagi membawa pekerjaan rumah (PR) di rumah," tegas Direktur Pembinaan Pendidikan Keluarga pada Dirjen Dikmas Kemendikbud RI, Sukiman, pada kegiatan Sosialisasi Penguatan Pelaku Pendidikan Keluarga Tingkat Kabupaten Sukabumi, 

Dalam sosialisasi disampaikan, penerapan 5 hari sekolah untuk semua jenjang pendidikan masih merupakan wacana. Dengan 5 hari sekolah Menteri Dikbud Muhadjir Effendy berharap hari Sabtu Minggu bisa digunakan untuk berkumpul dan menghabiskan waktu dengan keluarga. Termasuk tidak membebani anak pulang sekolah dengan mengerjakan tugas sekolah, tetapi pulang kerumah justru bisa digunakan untuk bercerita tentang kegembiraan disekolah. 

“Harapannya sekolah menjadi rumah kedua yang menyenangkan. Artinya tidak semata-mata waktu 8 jam digunakan untuk belajar, tapi bisa ada tambahan pembinaan bakat, keterampilan, dll yang menggembirakan dan menyenangkan bagi anak.  Wacana program 5 hari sekolah, aturannya sedang disusun. Tentu ada tanggapan yang beragam, dan tidak bim salabim, pasti melalui tahapan-tahapan. Dan untuk Sukabumi bisa bersiap-siap mulai menata,” paparnya.   

Menurutnya,  kegiatan pembelajaran 5 hari sekolah juga untuk peningkatan pendidikan keluarga, sehingga anak terpantau perkembangannya dengan keseimbangan disekolah dan dikeluarga. Maka perlunya meningkatkan mutu kualitas untuk menjamin hubungan yang positif antara keluarga dan sekolah.

“Karena kebanyakan kalau anak sekolah sepenuhnya diserahkan sekolah, padahal keluarga merupakan utama dan yang pertama yang tidak terwakilkan dalam mendidik anak. Sehingga harus ada pengawalan bersama dengan kolaborasi antara sekolah, keluarga dan masyarakat untuk semua pendidikan PAUD hingga SMA,” ujarnya.


Dijelaskan, sekolah harus melakukan kolaborasi kerjasama karena 3 unsur yakni sekolah, keluarga dan masyarakat harus satu bahasa. Artinya sekolah melibatkan keluarga untuk ikut memantau perkembangan anak,  juga melibatkan masyarakat tentang pengaruh lingkungan terhadap perkembangan anak.

“Jika terjadi kenakalan anak maupun penyalahgunaan narkoba, dan lainnya, akan dapat diatasi bersama dengan 3 unsur tersebut, sehingga 3 unsur saling mendukung,” ujarnya.

Disamping itu, lanjutnya, nanti arahnya pada peran orang tua siswa yang harus ada komunikasi dengan wali kelas minimal 2 kali dalam satu semester untuk konsultasi mengenai perkembangan anak baik disekolah maupun dirumah. Pada pertengahan semester wali kelas menyampaikan perkembangan anak kepada orang tua siswa. Keterlibatan keluarga bisa memberikan kelas inspirasi yakni dengan mengundang orang tua siswa menjadi narasumber di sekolah untuk memberikan masukan dan menumbuhkan semangat pada anak.

“Termasuk pada akhir tahun diadakan pentas kelas dari hasil karya anak-anak yang ditampilkan. Orang tua siswa diminta menyaksikan langsung sebagai bentuk apresiasi kepada anak,” ujarnya.

Subscribe to receive free email updates: